ilustrasi (Foto: Ist)
JAKARTA - Setelah dua tahun diluncurkan, program Desa Mandiri Energi telah menjangkau 628 desa di 27 provinsi. Teknologi yang digunakan desa-desa tersebut untuk menghasilkan energi antara lain antara lain mikrohidro, biogas, dan biodiesel berbahan jarak pagar.
Diharapkan pada akhir tahun 2014 seluruh teknologi ini dapat membantu mendorong pembangunan desa-desa miskin dan terpencil secara berkelanjutan.
"Untuk memenuhi target ini DME program akan memperkuat pelaksanaan program dengan membagi teknologi menjadi beberapa kelompok," ungkap Deputi Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan Menko Perekonomian Bayu Khrisnamurti, dalam kata sambutannya di acara Expose Evaluasi Dua Tahun Program DME, di Gedung Menko Perekonomian, Jakarta, Kamis, (10/9/2009).
Dijelaskannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007 telah meluncurkan program DME dalam upaya meningkatkan pasokan dan meragamkan sumber energi, sekaligus meningkatkan kesempatan kesempatan dan produktivitas kegiatan ekonomi masyarakat, khususnya didaerah pedesaan terkecil.
Program DME diharapkan dapat pula memberikan konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan, sebagaimana keberhasilan program energi pedesaan di negara lain seperti India, dalam pengembangan energi terbarukan dan China dalam program listrik masuk desa.
Selain itu, program DME diharapkan juga menjadi instrumen untuk mengatasi kecemburuan sosial akibat kontrasnya perbedaan ekonomi di daerah kaya sumber saya alam termasuk energi seperti yang terjasi di Riau, Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Papua.
Berbeda dengan program energi yang ada di Indonesia, program DME menitikberatkan berbagai pilihan teknologi energi terbarukan pada sumber kekayaan alam desa setempat sangat tinggi, dengan demikian berbagai teknologi akan dikembangkan dalam pelaksanaan program DME.
Untuk keperluan tersebut, program DME yang dikoordinasikan oleh Deputi II Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan melibatkan delapan departemen terkait, membagi kegiatannya dalam tiga kategori berdasarkan kematangan teknologi bagi wilayah pedesaan yaitu R&D, percontohan, dan diseminasi teknologi yang telah matang.
"Dalam kaitan ini, program DME mempunyai potensi untuk menjadi katalisator bagi perkembangan daerah terpencil dan tertinggal," ujar Bayu.
Disamping itu, dengan adanya diversifikasi energi berbahan sumber daya terbarukan pada desa-desa Indonesia, program DME juga meiliki potensi untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil (BBM) nasional dan memberikan dampak positif terhadap upaya penanggulangan masalah iklim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar